Jarang Terungkap  Ternyata Presiden RI Pernah Pakai Sepatu Bolong saat Terima Tamu Kenegaraan: Soekarno Pernah Marah Besar di Gedung Putih Kenapa ? Ternyata ini Penyebabnya

Presiden Sukarno. buku Bung Karno, Bappaku, Kawanku, Guruku (dok:©2023 Merdeka.com)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Merdeka.com - Pada sore hari di Istana Merdeka, Presiden Sukarno menyambut kedatangan duta besar negara sahabat. Sukarno keluar dengan gagah mengenakan kopiah hitam yang khas.

Jas kepresidenan dengan sederetan tanda jasa dan bintang-bintang kehormatan dari negara-negara asing melengkapi penampilannya.

Tetapi ada yang berbeda dari penampilan Sukarno hari itu. Bung Besar ternyata menggunakan sepatu tenis. Uniknya, ada lubang di ujung depan sepatu. Lubang yang sengaja dibuat pada bagian jempol kaki.

"Huaa.. hua.. huaa…!! Terus sepatunya dibolongin buat ha…ha…ha… lobang jempolnya… ha..ha..ha!!!" tawa Guntur terpingkal-pingkal seperti dilansir merdeka.com. Pengalaman ini ditulisnya dalam buku Bung Karno, Bappaku, Kawanku, Guruku.

Cerita di balik Tragedi Sepatu Bolong

Beberapa hari sebelum agenda kedatangan tamu Duta Besar negara sahabat, Sukarno membaca koran pada pagi hari sambil iseng mengorek kuku jempolnya. Tanpa sadar, keisengannya itu membuat ujung kukunya terkelupas. Namun tidak dianggap serius. Luka pada kukunya dibiarkan begitu saja.

 

Beberapa hari berselang, kuku jempol kakinya yang terluka itu menjadi bengkak. Tak cuma itu saja, infeksi juga membuat kelenjar pangkal pahanya ikut membengkak, hingga membuat Sukarno berjalan sedikit pincang.

"Bisa kita bayangkan bagaimana menariknya bila melihat presiden RI yang notabene sebagai juga pemimpin besar revolusi berjalan berjingkrak-jingkrak. Pada saat itu tidak ada seorangpun yang berani tertawa, termasuk diriku," kata Guntur.

Agenda pertemuan dengan Dubes tidak bisa diundur. Sedangkan proses penyembuhan pada jari kakinya memakan waktu lama. Sukarno akhirnya memutuskan meminta dokter pribadinya melakukan operasi.

Operasi berjalan lancar. Dalam waktu singkat, rasa senut-senut di jari kakinya hilang. Sehingga dalam acara pertemuan dan penyerahan surat-surat kepercayaan dubes negara sahabat, Sukarno dapat tampil seperti biasanya. Tanpa harus kesulitan berjalan.

Respons Guntur: Malu-maluin

Masalah belum selesai. Masih ada problem besar yang harus dipecahkan. Yaitu bagaimana caranya bisa menggunakan sepatu dengan jempol yang diperban.

Sore hari menjelang acara, Pak Adung sang pelayan istana yang meladeni Sukarno masuk ke kamar Guntur dengan tergopoh-gopoh. Dia meminjam gunting.

"Buat apaan sih pak Adung? Jangan dipakai buat ngebolongi barang-barang yang keras lho!," ujar Guntur

"Akh… ndak mas ini buat ngebolongin karet… bapak yang suruh. Karet sepatu tennis. Mau dipakai bapak sore ini terima duta besar," jawab Adung.

"Hih… terima duta besar pakai sepatu tenis??? Ha…ha..malu-maluin," balas Guntur

Benar saja, gunting yang dipinjam Pak Adung dari kamar Guntur digunakan untuk melubangi sepatu tenis Sukarno. Melihat kejadian langka dan konyol tersebut membuat Guntur tertawa terpingkal-pingkal hingga hampir ngompol.

Marah Besar 

Dibagian lain, Presiden Sukarno pernah marah besar di Gedung Putih. Bung Karno merasa harga dirinya diinjak-injak saat berkunjung ke Amerika Serikat.

Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1950-an. Awalnya, Sukarno dijadwalkan menemui Presiden Eisenhower tepat pukul 10.00 pagi di Gedung Putih. Pada pukul 09.58 Sukarno sudah tiba di tempat pertemuan. Pukul 10.00, Sukarno tersenyum lebar menunggu Eisenhower.

Pukul 10.10, Sukarno masih tenang. Pukul 10.25, Eisenhower belum datang. Sukarno mulai tegang dan tak mau bicara. Pukul 10.30, meledaklah amarahnya. Protokoler Presiden AS dimarahi.

Cerita itu dituturkan ajudan Sukarno, Bambang Widjanarko dalam buku 'Sewindu Dekat Bung Karno' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.

 

"Apa-apaan ini, kalian yang menetapkan pertemuan pukul 10.00, hingga pukul 10.30 Presiden kalian belum datang juga!"

"Apakah kalian memang bermaksud menghina saya. Sekarang juga saya pergi," ujar Sukarno dengan marah.

Merasa Direndahkan Eisenhower

Dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams, Sukarno menggambarkan sikap Eisenhower sungguh tidak menghargainya. Baru setelah Sukarno marah, dan protokoler Gedung putih tergopoh-gopoh, akhirnya Eisenhower keluar untuk menerima Presiden RI.

"Dia tidak meminta maaf. Bahkan tidak berusaha memintanya ketika akhirnya aku diantarnya masuk," kenang Bung Karno.

Bung Karno juga kesal ketika Eisenhower tidak mengunjungi Jakarta saat dia sudah berada di Manila. Padahal sudah berkali-kali Bung Karno mengirimkan undangan untuk berkunjung ke Indonesia. Ini dianggap penghinaan.

"Ketika dia berada di Manila, boleh dikata sudah berada di depan pintu rumahku, dia menolak untuk singgah di Jakarta," kata Bung Karno.

Beda dengan Kennedy

Tidak semua presiden Amerika Serikat membuat Bung Karno kesal. John F Kennedy dianggap sebagai sahabat.

"Presiden Kennedy dapat memahamiku. Dia mendekatiku secara langsung dan hangat," beber Bung Karno.

Saat Bung Besar berkunjung ke AS, Kennedy mengajaknya terbang berkeliling dengan helikopter kepresidenan AS. Tak cuma itu, Kennedy juga menawarkan apa Bung Karno mau helikopter seperti itu. Sambutan tersebut rupanya sangat berkesan untuk Bung Karno.

"Sampai sekarang helikopter itu masih ada padaku," kata Sukarno.

Sukarno sangat gembira saat Kennedy berjanji akan datang pada musim semi 1964 ke Jakarta. Dia memerintahkan untuk membangun sebuah ruangan khusus di Istana untuk menyambut presiden AS tersebut. Sayang, Kennedy kemudian ditembak hingga tewas dan tidak pernah bisa datang ke Indonesia.

"Seandainya Kennedy masih hidup, kedua negara mungkin tidak akan berseberangan sejauh ini," tutupnya.***